Ada
suatu masalah yang tampaknya jarang dipikirkan orang, yaitu masalah
sistem harga yang sangat timpang. Harga dari suatu barang yang sama
sangat bervariatif, dan berbeda di tempat yang berbeda, walaupun dalam
suatu kota di mana perbedaan utilitas tempat yang tidak besar. Untuk
barang itu, orang harus melakukan tawar menawar. Berbeda di negara maju,
misalnya, satu makanan yang sama akan berbeda harganya sebanyak perbedaan biaya sewa tempat di mana makanan itu dijual . Hal ini tidak terjadi di Indonesia.
Masalah harga lainnya dapat juga dilihat dari besar kecilnya upah atau
gaji. Tenaga kerja manusia tidak dihargai sesuai dengan kebutuhan
hidupnya. Namun, orang akan mengatakan hal itu masih wajar, karena
memang jumlah tenaga kerja kita melimpah, alias jumlah pengangguran yang
tinggi. Tetapi, bagaimana dengan yang berpendidikan tinggi, atau yang
memiliki keahlian yang berbiaya tinggi. Seorang dokter yang telah dua
tahun lulus, dan bekerja di rumah sakit pemerintah, misalnya, hanya
memperoleh gaji Rp 800 ribu per bulan. Pendapatan tukang parkir, di lain
pihak, dapat mencapai lebih dari itu.
Jadi, apa yang membuat ketimpangan harga itu terjadi?
Jawabannya berada pada tataran administrasi bisnis di Indonesia yang
belum tertata dengan baik. Pembayaran pajak belum merata, dan masih
dapat ditawar. Biaya bisnis yang tak terduga begitu banyak, sehingga
sulit untuk dapat memprediksinya. Biaya siluman terjadi di mana-mana,
kutipan-kutipan liar, dan uang pelicin, berlangsung dengan aman.
Semua biaya itu, jika ditinjau dari esensi transaksi yang wajar,
merupakan tindakan koruptif, dan membuat biaya bisnis menjadi besar,
tetapi tidak ada kaitannya dengan produktivitas, dan membuat risiko
bisnis menjadi besar, dan keuntungan bisnis menjadi kecil. Biaya
penyelesaian sengketa bisnis di jalur hukum begitu mahal, tidak peduli
apakah setiap pihak yang bersengketa memang salah atau benar;tetapi,
tetap harus bayar. Akibatnya, biaya yang bisa dikontrol ditekan
semaksimal mungkin, termasuk biaya tenaga kerja.
Dari mana
harus memperbaikinya? Jawabannya, harus di mulai dari pemerintahan yang
bersih, dan untuk menjadi bagian dari aparat seharusnya tidak bayar.
Sumber:
https://www.facebook.com/hendy.herijanto?ref=tn_tnmn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar